Rabu, 16 Desember 2015

Rakyat Jakarta Diguncang Kemarahan Sang Gubernur Lagi


Belakangan ini, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mudah sekali terpancing emosinya ketika menerima laporan warga. Dalam sepekan kemarin, dua orang terkena "semprot" saat mengadu langsung kepada sang Gubernur.

Pertama adalah Yusri Isnaeni yang mengadukan soal adanya makelar Kartu Jakarta Pintar (KJP) di Pasar Koja, Kamis (10/12/2015). Ada beberapa toko yang ternyata benar membantu warga menguangkan KJP dengan imbalan 10 persen dari uang yang dicairkan.

(Baca: Warga Panik Saat Toko yang Cairkan KJP di Pasar Koja Digerebek)

Yusri yang berniat baik tidak terima dirinya disebut maling oleh sang Gubernur. Permintaan maaf yang diwakilkan oleh staf Ahok tidak dipedulikan. Rabu (16/12/2015) kemarin, dia melaporkan Ahok ke Polda Metro Jaya.

(Baca: Ahok Dilaporkan ke Polisi Terkait Pencemaran Nama Baik dan Fitnah)

Satu lagi yang kena maki-maki Ahok adalah Handoyo, pemilik Penthouse Hotel, yang mempertanyakan izin hotelnya tidak diperpanjang. Dia melapor kepada Ahok pada Senin (14/12/2015).

(Baca: Protes Hotelnya Akan Ditutup, Bapak Ini Berdebat dengan Ahok)

Terkait aduan Yusrih, Ahok menyatakan bahwa dia akan mengamankan uang negara sesuai dengan peruntukannya. Mencairkan KJP adalah perbuatan salah. Pelakunya pantas diberikan sanksi. Dia juga melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya.

(Baca: Ahok Laporkan Toko Pencair Dana KJP ke Polisi)

Mengenai kasus Handoyo, Ahok menyatakan bahwa sejak awal memang ada yang salah dengan anak buahnya yang memberikan izin perpanjangan hotel Handoyo. Sebab, hotel Handoyo berdiri bukan di kawasan komersial.

Meski argumennya benar, cara Ahok menghadapi warganya dinilai kurang simpatik. Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik sempat mengingatkan, tidak sepantasnya seorang gubernur memarahi warga yang melaporkan adanya kecurangan. 

(Baca: "Gubernur Enggak Boleh Marahin Rakyatnya yang Melapor")

Sementara itu, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD DKI Selamat Nurdin mencoba mengerti mengapa Ahok mudah sekali terpancing emosinya saat mendengar aduan warga.

Menurut dia, Ahok lelah karena banyak warga Jakarta yang mengeluh langsung kepadanya.

"Yang ada sekarang Gubernur overload. Menurut saya, Gubernur overload sehingga responsnya sering kali tidak terduga," kata Selamat Nurdin.

Menurut dia, warga memilih mengadu langsung kepada Ahok karena tidak percaya dengan pegawai negeri sipil (PNS) DKI di bawah Ahok. Mereka ingin masalahnya cepat selesai.

Padahal, biasanya setingkat gubernur hanya memikirkan masalah-masalah strategis.

Selamat berpendapat, Ahok seharusnya membuat sistem pelaporan secara bertingkat. Warga tidak perlu langsung melapor kepada Gubernur, tetapi bisa ke tingkat suku dinas terlebih dahulu. (Baca: Ahok yang "Overload")

Selamat mengatakan, Ahok tidak bisa terus-menerus menampung komplain dari masyarakat dengan cara memarahi warganya. 

Ahok diminta tetap harus bisa mengontrol emosinya. Sebab, warga tidak pernah mau tahu kesulitan yang dirasakan pemimpinnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar